Catcalling Dari Sudut Pandang Ilmu Psikologi

 cat calling dalam psikologi

Catcalling atau pelecehan verbal yang sering dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, umumnya terjadi di ruang publik, dengan menggunakan komentar seksual atau penghinaan. Biasanya, ini terjadi antara laki-laki dan perempuan, di mana laki-laki memberikan komentar atau ungkapan yang bersifat seksual terhadap perempuan yang lewat di depan mereka. 

Meskipun sering dianggap sebagai hal yang sepele, catcalling memiliki dampak psikologis yang cukup besar bagi korban, serta dapat dianalisis dari berbagai aspek psikologi, baik individu pelaku maupun korban. Dalam artikel ini, kita akan sama-sama membahas fenomena catcalling dari sudut pandang ilmu psikologi.

Pengertian Catcalling dalam Psikologi Sosial

Dalam psikologi sosial, catcalling dapat dilihat sebagai salah satu bentuk pelecehan verbal yang mengandung unsur agresi dan seksisme. Catcalling tidak hanya mencerminkan ketidakseimbangan kekuasaan antara gender, tetapi juga dapat mengindikasikan adanya stereotip yang berlaku dalam masyarakat, di mana perempuan sering dipandang sebagai objek seksual. 

Hal ini terkait dengan teori objektifikasi tubuh (objectification theory), yang menyatakan bahwa perempuan sering dianggap lebih sebagai objek untuk dinikmati, daripada sebagai individu yang memiliki hak, perasaan, dan martabat yang setara dengan laki-laki.

Fenomena ini sering kali dilihat dari sisi sosial dan budaya, yang menciptakan norma bahwa tindakan seperti catcalling dianggap dapat diterima atau bahkan dianggap sebagai pujian. 

Namun, bagi banyak perempuan, hal ini malah berfungsi sebagai gangguan dan menunjukkan ketidakpedulian terhadap batasan pribadi mereka.

Faktor Psikologis di Balik Pelaku Catcalling

Pelaku catcalling sering kali menunjukkan perilaku ini karena sejumlah faktor psikologis yang dapat berkaitan dengan pengaruh budaya, kekuasaan, atau bahkan kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaku:

  • Kebutuhan untuk Mendapatkan Pengakuan Sosial
    Dalam beberapa kasus, pelaku catcalling mungkin merasa bahwa dengan merendahkan atau memberikan komentar seksual terhadap orang lain, mereka dapat memperoleh pengakuan atau status sosial. Hal ini bisa terjadi terutama dalam kelompok-kelompok yang mengutamakan dominasi dan maskulinitas.

  • Norma Sosial dan Sosialisasi Gender
    Laki-laki yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan maskulinitas tradisional mungkin lebih cenderung melakukan catcalling sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan atau dominasi mereka. Mereka mungkin belajar bahwa memberi komentar seksual kepada perempuan adalah suatu cara untuk menunjukkan daya tarik atau kewibawaan.

  • Kekurangan Empati
    Pelaku catcalling sering kali tidak mempertimbangkan dampak emosional atau psikologis yang ditimbulkan oleh tindakan mereka terhadap korban. Hal ini bisa dihubungkan dengan kurangnya empati atau kesadaran terhadap perasaan orang lain, yang dalam psikologi dikenal dengan istilah "dissociation" atau pemisahan diri dari perasaan orang lain.

Dampak Psikologis pada Korban Catcalling

Korban catcalling, terutama perempuan, dapat mengalami dampak psikologis yang cukup dalam. Beberapa efek psikologis yang sering terjadi antara lain:

  • Kecemasan dan Ketakutan
    Salah satu reaksi pertama yang dirasakan oleh korban catcalling adalah kecemasan. Ketika seseorang terus-menerus diganggu dengan komentar seksual yang tidak diinginkan, mereka bisa merasa terancam, bahkan jika pelaku tidak secara fisik mendekat. Perasaan takut akan terjadi sesuatu yang lebih buruk—seperti kekerasan fisik—dapat mempengaruhi kesejahteraan mental korban.

  • Rendahnya Rasa Percaya Diri
    Pelecehan verbal dapat menyebabkan korban merasa tidak dihargai dan merusak harga diri mereka. Ketika perempuan diperlakukan hanya sebagai objek seksual, mereka mungkin merasa seolah-olah nilai mereka sebagai individu berkurang.

  • Trauma Psikologis
    Dalam beberapa kasus, catcalling bisa mengarah pada trauma psikologis yang lebih dalam, terutama jika itu terjadi berulang kali atau berhubungan dengan pengalaman pelecehan seksual yang lebih serius. Korban mungkin mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), di mana mereka terus-menerus merasa cemas, tertekan, atau terperangkap dalam perasaan tidak aman.

Peran Budaya dalam Pembentukan Persepsi tentang Catcalling

Budaya juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi tentang catcalling. Dalam masyarakat yang menganggap catcalling sebagai hal yang wajar atau bahkan suatu bentuk pujian, pelaku mungkin tidak merasa bahwa mereka melakukan tindakan yang salah. Hal ini terutama terjadi di budaya yang menekankan peran gender yang kaku, di mana laki-laki dianggap memiliki hak untuk mengomentari tubuh perempuan.

Di sisi lain, semakin berkembangnya kesadaran tentang isu-isu seksisme dan pelecehan seksual, banyak gerakan sosial yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang batasan-batasan yang harus dihormati dalam interaksi sosial. Perubahan budaya ini dapat membantu mengurangi prevalensi catcalling dan meningkatkan penghargaan terhadap martabat individu.

Pendekatan Psikologis untuk Mengatasi Catcalling

Untuk mengatasi fenomena catcalling, pendekatan psikologis yang melibatkan perubahan sikap dan perilaku baik dari pelaku maupun korban sangat diperlukan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pendidikan tentang Kesadaran Gender dan Empati
    Memberikan pendidikan yang lebih baik mengenai kesetaraan gender dan pentingnya saling menghargai dapat mengurangi praktik catcalling. Melalui pendekatan ini, pelaku dapat memahami dampak tindakan mereka dan berusaha untuk menghindari perilaku yang merugikan orang lain.

  • Terapi dan Konseling untuk Korban
    Bagi korban yang telah merasakan dampak psikologis yang berat dari catcalling, terapi psikologis dapat membantu mereka mengatasi trauma dan kecemasan. Konseling juga bisa membantu mereka membangun kembali rasa percaya diri dan merasa lebih aman dalam berinteraksi sosial.

  • Mempromosikan Keterlibatan Sosial dan Kebijakan Publik
    Meningkatkan kesadaran publik dan mendorong kebijakan yang melarang pelecehan verbal di ruang publik dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua orang. Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa catcalling tidak lagi dianggap sebagai hal yang normal atau dapat diterima.

Kesimpulan

Catcalling bukan hanya masalah sosial, tetapi juga masalah psikologis yang mempengaruhi banyak individu, terutama perempuan. Dalam sudut pandang psikologi, tindakan ini berkaitan dengan norma-norma sosial, kebutuhan psikologis, serta ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain. Dampaknya terhadap korban dapat meluas hingga kecemasan, trauma, dan penurunan rasa percaya diri. Oleh karena itu, pendekatan psikologis yang melibatkan edukasi, terapi, dan perubahan budaya diperlukan untuk mengatasi fenomena ini dan menciptakan ruang publik yang lebih aman dan penuh penghargaan terhadap semua individu.

Daftar Pustaka

  1. Fillamenta, N. 2015. Psikologi Kesehatan. Sapu Lidi
  2. FIllamenta, N. 2017. Psikologi Komunikasi. Sapu Lidi
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url