Bentuk Sikap dan Macam-macam Sikap
Bentuk Sikap
1. Sikap Positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-hal yang positif . Ini adalah suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari pada keputusasaan. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.
Cerminan sikap positif :
· Merupakan sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dan dihormati.
· Mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, bahwa ia patut dikenal dan diketahui.
· Mengatakarurya tidak hanya melalui ekspresi wajah, tetapi juga melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa orang lain, dan cara menghadapi masalah.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan.
Cerminan sikap negatif :
· Lebih dari sekedar bermuka sedih.
· Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
· Sesuatu yang menyatakan ketidakramahan, tidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Macam-Macam Sikap:
(1)Sikap Agresif : selalu berlebih-lebihan, menyerang/ mengikuti emosi;
(2) Sikap Submisif: apatis;
(3) Sikap Asertive: mampu menyampaikan pendapat, perasaan, kepentingan secar langsung, jujur, obyektif, tidak terpengaruh emosi.
Para ahli psikologi telah menggambarkan proses kebiasaan sebagai berikut:
Andaikan pikiran Anda sebagai suatu gumpalan benda menyerupai bola tanah liat yang padat. Bola tanah tersebut berhubungan dengan akar-akar syaraf yang banyak sekali. Setiap kali Anda mengalami suatu yang baru, "arus syaraf." akan dikirimkan melalui gumpalan tadi. Bagi setiap pengalaman baru arus syaraf harus melacak jejak baru secara lengkap dan ini membutuhkan kemauan kita untuk menggerakannya.
Jejak yang dibuat oleh arus syaraf berbekas, dan setiap kali kita mengalami rangsangan yang sama, jalan atau rute daripada arus menjadi lebih mudah. Setelah itu, kemauan atau reaksi menjadi otomatis.
Sebagai contoh misalnya, pada saat pertama Anda mengendarai mobil, hal ini sangat sulit, dan Anda harus menguras seluruh perhatian Anda dan 'berkeinginan' untuk menguasai ketrampilan mengendarai mobil. Setelah Anda berlatih beberapa kali, lama kelamaan mengendarai mobil dirasakan sesuatu yang mudah. Selanjutnya bila Anda telah mengendarai mobil untuk kesekian kalinya, Anda melakukan aktivitas tersebut secara otomatis. Bayangkan sikap Anda seolah-olah ketuampilan fisik. Setiap kali Anda melatih ketrampilan fisik tersebut, misalnya mengendarai mobil, hal ini menjadi lebih mudah dilakukan. Dalam cara yang sama/ setiap kali Anda menunjukan sikap yang positif, sikap positif ini menjadi lebih mudah diekspresikan. Demikian pula keadaan sebaliknya. Setiap sikap negatif yang Anda lakukan akan meninggalkan 'jejak' dan menyebabkan lebih mudah muncul pada kesempatan lain. Bersedih hati, berkeluh kesah atau khawatir, pada hari ini, akan meninggalkan'jejak' dimana pada satu hari nanti Anda mengalami kondisi yang sama sebelum kondisi ini kembali netrall. Anda sebetulnya tengah melatih diri Anda sendiri untuk merasakan tidak bahagia. Akan tetapi, mengapa Anda harus mengembangkan suatu sikap positif yang membangun. Jawabannya : karena sikap ini akan mengantar Anda pada kebahagian, perasaan aman dan kepercayaan diri. Pentingnya peranan sikap dalam hal ini seringkali dipandang remeh kebanyakan orang cenderung untuk membiarkan perasaan 'tidak bahagia' berlangsung tanpa usaha untuk mencari tahu penyebabnya. Kita telah menghamburkan energi kita dengan berkeluh kesahengenai suatu situasi. Hanya penyebablah yang mampu mengatakan kepada kita untuk berpikir secara konstruktif mengenai situasi tersebut lakukan apa yang mungkin dilakukan untuk situasi tersebut, dan alihkan perhatian kita pada hal-hal lain. Yang pasti kondisi ini akan membantu kita mengurangi perasaan tidak bahagia dan lebih besar kemungkinan untuk mencapai sesuatu yang lebih layak karena kita akan lebih memusatkan penggunaan energi kita bagi tindakan-tindakan yang bersifat membangun. Mengapa kita tidak melakukan cara ini?, biasanya kebiasaan-kebiasaan ini mengasihi diri sendiri dan kebiasaan merasa khawatir, merupakan dua kebiasaan yang sangat patut dimusuhi, arena merupakan penghalang diri kita sendiri. Mengasihi diri sendiri pada orang dewasa tampil dalam bentuk 'menangisi' diri dalam usaha meminta orang lain, melakukan sesuatu bagi dirinya. Cara ini akan mengganggu proses belajar diri Anda peningkatan diri, dan pencapaian sesuatu.
Arti kata "khawatir" ini tampak jelas terlihat pada saat Anda berusaha untuk bertindak selektif, pada saat itulah kekhawatiran tampil sebagai suatu kebiasaan. Sebagai contoh misalnya Anda naik ke tempat tidur kelelahan setelah belajar untuk ujian penting keesokannya. Usaha Anda belajar menunjukan suatu usaha yang posifif untuk mencapai hasil sebaik mungkin. Tetapi kalau di tempat tidur Anda bukannya tidur tapi resah terus menerus memikirkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan apa sajakah yang akan diberikan esok hari, kemungkinan-kemungkinan Anda belum siap, atau kegagalan-kegagalan dan konsekuensinya, kondisi seperti inilah yang dimakan kekhawatiran tak berguna. Kondisi seperti ini akan mengurangi kemampuan diri untuk mencapai hasil secara optimal karena keesokan harinya Anda lelah dan pikiran sudah tidak tajam lagi. Ada 2 (dua) langkah untuk menghilangkan sikap negatif yaitu: (1) Belajar mengenalinya; (2) Bersikap jujur terhadap diri Anda sendiri.
Tanyalah pada seseorang yang anda percaya dan hargai. Akui bahwa Anda melakukannya bila Anda melihat sikap tersebut pada diri Anda. Sekali kita telah mengenal sikap-sikap negatif kita. Kita dapat segera menggantikan dengan suatu sikap yang positif. Setiap orang, dapat memperoleh keuntungan dari suatu sikap positif, tanpa menghiraukan tingkat usia, latar belakang, pendidikan, ketrampilan atau tujuan. Setiap orang dapat bersikap positif.
Sumber
Fillamenta,N. 2015. PSIKOLOGI KESEHATAN: Sebuah Pengantar. Palembang:Sapu Lidi